Happy Little Soul

by - 03.28

Sekitar tiga bulanan ini, hampir setiap hari aku menjadi salah satu followers dan stalker setia akun instagram @Retnohening. Putri Ibok Retno Hening yang bernama Kirana berhasil merebut hati para pengguna instagram, terutama ibu-ibu dan para remaja perempuan. Karena kecerdasan, kelucuan, dan karakternya yang menggemaskan.
www.Instagram.com/retnohening

Di setiap video-video yang diunggah oleh ibok—panggilan Kirana kepada ibunya—memperlihatkan ibok itu adalah sesosok ibu yang lembut, sabar, dan kreatif dalam mendidik anaknya. Mengajari anak usia 3 tahun berbagi, berempati, dan peka terhadap lingkungan.

Selama ini aku hanya melihat dari media sosial tentang beliau. Mengamati setiap foto dan video dengan bumbu captionnya. Aku hanya tahu bungkus luarnya tentang mendidik anak sepandai itu. Banyak pertanyaan tentang ibok yang selalu mampir tapi tak kunjung kudapatkan jawabannya. Aku penasaran, bagaimana cara mendidik anak seperti Kirana, yang terlihat sangat kritis, lebih pandai dan aktif dari anak seusianya.


Saat ibok mempromosikan bukunya yang berjudul Happy Little Soul, aku begitu antusias. Melalui seorang teman, akhirnya bisa memiliki buku tersebut. Buku yang dikemas begitu unik itu berhasil best seller dan sudah cetak ulang kedua kalinya dalam waktu tiga bulan.

Dalam buku itu, Ibok bercerita tentang pengalamannya membesarkan dan mendidik anak pertamanya bersama ayah Kirana. Saat menyisiri cerita demi cerita yang dikisahkan di dalamnya, akhirnya beberapa pertanyaanku terjawab.

Bahasan dalam postingan ini masih berhubungan dengan postinganku sebelumnya di sini yang berhubungan dengan saat anak melakukan kesalahan. Meski dalam unggahan video Kirana terlihat pandai dan menggemaskan, tapi di balik itu semua ada momen-momen yang tidak bisa direkam. Ada saat Kirana melakukan kesalahan yang tidak diketahui oleh followers-nya.

Misalnya saja contoh yang tertulis di buku itu adalah saat Kirana tak mau meminjamkan mainannya kepada Aliya temannya. Kebanyakan orangtua akan merasa malu jika anaknya bersikap seperti itu di depan umum. Takut jika anaknya dianggap pelit oleh orangtua teman tersebut.

Tapi tidak dengan ibok. Beliau memahami dengan baik. Anak seusia Kirana sifat ke-aku-annya masih tinggi. Anak kecil masih cenderung egois. Itulah kenapa sebagai orang dewasa, kita harus mengajarinya bersosialisasi dan berbagi. Bahkan, semasa aku sudah di bangku SMA pun masih tetap ada bab sosialisasi di pelajaran sosiologi. Hal itu menandakan setiap rentang usia manusia mempunyai cakupan sosialisasi yang berbeda dan harus dipelajari untuk masuk dalam pergaulan yang lebih luas. Anak kecil sosialisasinya masih dalam lingkup terdekat, misalnya keluarga, saudara, dan teman bermain.

Mendapati hal tersebut, ibok tidak langsung marah. Pada saat di tempat kejadian ibok menjelaskan dengan baik bahwa mainannya harus digunakan bergantian. Ada pembagian waktu penggunaan yang seimbang yang diusulkannya. Dengan begitu Kirana mau meminjamkan. Tidak sampai di situ, mengajari anak memang tidak hanya sekali dua kali. Jangan harap mereka akan langsung mengerti apa yang kita mau. Menanamkan pengertian kepada anak harus dilakukan berulang-ulang agar anak akan semakin memahami dan menerapkannya. Malam harinya, ibok mengajak Kirana berbicara empat mata. Dijelaskan kepada Kirana jika temannya tidak dipinjami mainan, temannya akan sedih dan tidak nyaman dengan Kirana. Begitulah, ibok selalu menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang dimengerti seusia Kirana.

Seminggu setelah lebaran kemarin juga sempat heboh di instagram dan beberapa portal berita tentang sikap Kirana yang mulai berubah. Kirana menjadi tidak ramah kepada followers-nya yang berdatangan ke rumahnya di Duri, Riau. Saat diajak foto, Kirana juga menolak dengan mengatakan, “No! Kirana nggak suka difoto.” Hal ini membuat ibok cemas dengan psikologis anaknya. Karena itu ibok meminta untuk followers sementara waktu tidak berkunjung terlebih dahulu. Dalam postingannya, ibok juga meminta maaf kepada semua followers dan berharap maklum terhadap sikap anaknya yang mungkin shock dengan kedatangan banyak orang.

Menurutku ini keputusan yang bijak sekali dalam memahami perubahan anaknya. Tidak serta-merta perubahan buruk pada anak itu karena kenakalannya, tapi bisa jadi penyebabnya berasal dari kita—orang dewasa—yang masih sulit memahaminya.
Menjadi seorang ibu itu bukan tentang bagaimana terlihat hebat di depan orang lain, tapi bagaimana kita membangun cinta dengan anak saat menemaninya berproses :))


Itu masih hanya sebagian kecil cerita tentang Kirana, jika ada kesempatan aku akan menuliskan beberapa cerita lagi tentangnya. Tapi akan lebih baik kalau kalian membaca kisahnya sendiri. :))

You May Also Like

6 komentar

  1. Saya jadi penasaran dengan kisahnya. Harus punya bukunya neh.

    BalasHapus
  2. kadang sebagai ibu saya juga cemas ketika anak berlaku tidak baik, tapi balik lagi ke orang dewasa sekitarnya yang harus mengerti dan orang tua memberi pengertian kepada mereka. Salaut sama ibok nya Kirana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Kita yg harus pelan2 mengajarinya :)

      Hapus
  3. Menarik ya mba, tfs^^ jadi pengen baca hehe

    BalasHapus